“Es Buah” dari PMI
Setiap kali memulai sesi simposium maupun perkuliahan tentang layanan darah, saya senang membincangkan tentang Es Buah. Tidak hanya bagi yang awam, untuk mahasiswa pun analogi ini memudahkan pemahaman. Bahkan pada pembahasan lebih lanjut, analogi inipun masih membantu memudahkan proses pembelajaran.
Darah kita bisa dibayangkan seperti es buah: ada kuahnya yang dibuat dari air jernih ditambah gula, sirup atau susu. Kemudian di isi potongan buah beraneka warna dan bentuk potongan. Bila kita diamkan di dalam gelas misalnya, maka lama kelamaan, kumpulan potongan buah akan mengendap, dengan kuahnya di bagian atas. Semakin lama, maka potongan buah itu akan makin rusak sehingga es buah tidak lagi dapat dinikmati.
Darah pun demikian, bila dibiarkan akan terpisah antara bagian cair (plasma) dan sel-sel darah. Bila diperlakukan pemusingan, maka akan terbagi lebih jelas bagian-bagian: serum, keping darah (trombosit), sel darah putih (lekosit) dan sel darah merah (eritrosit).
Minum es buah, tentu berharap yang bersih, segar dan menyehatkan. Kalau bisa, memilih hanya buah yang disukai atau sedikit saja kuahnya agar tidak kekenyangan air. Kadang ada yang sampai: saya sakit perut kalau ditambahkan buah yang ini. Bahkan ada yang: kalau mangga ini saya suka, kalau mangga yang itu saya sakit perut. Di atas itu semua, harganya juga inginnya tetap “murah”.
Dalam menghasilkan produk layanan darah di PMI, saya gunakan istilah: memberikan darah secara bermutu dan terjangkau. Disebut bermutu dengan dua indikator: Aman dan Sesuai kebutuhan. Disebut Aman bila memenuhi indikator. Pertama bersih (“segar”dan tidak infeksius) sehingga memiimalkan risiko penularan infeksi. Kedua Cocok (lolos uji kecocokan) sehingga meminimalkan risiko reaksi transfusi.
Selanjutnya memenuhi indikator: sesuai kebutuhan artinya hanya memberikan apa yang dibutuhkan, tidak memberikan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Akhirnya, untuk semua proses itu, biaya pengelolaan darah di PMI harus tetap terjangkau.
Es buah dengan persiapan terbaik pun, tetap saja tidak menihilkan risiko bahwa yang meminumnya tidak mengalami masalah. Faktor utamanya adalah kondisi masing-masing yang meminum dan cara meminumnya. Karena itu, setelah es buah disajikan, tetap harus diawasi dan diantisipasi kalau terjadi masalah.
PMI berkomitmen untuk turut serta mengawal bahkan setelah kantung darah diserahkan kepada pihak RS. Proses transfusi perlu diawasi karena termasuk 1 dari 9 kelompok pasien berisiko (Standar Akreditasi RS versi 2012 Bab Perawatan Pasien). Begitu juga pengelolaan darah sisa atau kantong darah bekas, termasuk 1 dari 3 indikator utama Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Standar Akresitasi 2012).
Prinsip Sesuai Kebutuhan, dan relatif langkanya persediaan, juga menyertakan pertimbangan bahwa pemberian transfusi harus berdasarkan indikasi yang ketat. Bahkan ini termasuk salah satu indikator penilaian kinerja tenaga medis (Standar Kualifikasi Pendidikan dan Staf, Akreditasi RS 2012).
Demikianlah, PMI telah dan akan terus berusaha memberikan “Es Buah” terbaiknya untuk melayani kebutuhan transfusi. Dorongan, kerja sama dan kritik dari banyak pihak, akan membantu kami untuk terus meningkatkannya.
Mari.