BIMBINGAN TEKNIS ONLINE PENGHITUNGAN UNIT COST (UC) DAN PENYUSUNAN POLA TARIF RUMAH SAKIT

Memuat Events

« Semua Event

  • Event ini telah berlalu.

BIMBINGAN TEKNIS ONLINE PENGHITUNGAN UNIT COST (UC) DAN PENYUSUNAN POLA TARIF RUMAH SAKIT

25 September 2020 @ 8:00 am - 26 September 2020 @ 12:00 am

Salah satu persoalan yang paling sering dikeluhkan oleh manajemen RS yang menjalankan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah besarnya deviasi atau perbedaan tarif paket INA-CBGs dengan total Tagihan (Billing) RS berdasarkan tarif rumah sakit. Disparitas tarif dalam konteks “defisit” ini selalu menimbulkan pertanyaan, apakah tarif INA-CBGs yang terlalu kecil atau tarif rumah sakit yang terlalu besar. Tidak jarang “tuduhan” tarif INA-CBGs yang terlalu kecil ini menjadi salah satu penyebab komplain dari jajaran manajemen RS dan timbulnya resistensi khususnya di kalangan dokter di rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien peserta program JKN (BPJS Kesehatan).

Dalam teori ekonomi layanan kesehatan, secara garis besar terdapat 3 metode dalam melakukan analisis biaya dan perhitungan Unit Cost, yaitu :

  1. Metode Top Down : Simple Distribution, Step-Down, Double Distribution (DD) dan Multiple Distribution.
  2. Metode Bottom Up : Activity Based Costing (ABC)
  3. Metode Hybrid : Campuran antara metode ABC dan metode Double Distribution.

Pada era sebelum Prospective Payment System (PPS) atau kita kenal dengan tarif Paket dikenal secara luas seperti sekarang, para ahli ekonomi layanan kesehatan meyakini bahwa metode penghitungan Unit Cost (UC) secara Bottom Up yaitu dengan metode Activity Based Costing (ABC) merupakan metode terbaik dan lebih modern. Metode ABC hadir dengan beberapa keunggulan dibanding dengan metode Top Down yang dianggap metode Tradisional dengan salah satu metode yang paling populer dipergunakan yaitu Double Distribution.

Diantara keunggulan-keunggulan metode Activity Based Costing (ABC) adalah :

  1. Lebih AKURAT sehingga mampu menjawab tantangan persaingan yang tinggi.
  2. Cocok untuk Produk yang sangat HETEROGEN (Variasi atau Diversitas Produk Tinggi).
  3. Memberi informasi yang DETAIL untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.
  4. Menggunakan ASUMSI yang LEBIH SEDIKIT.

Dengan berbagai keunggulan diatas, memang layak jika dianggap metode ABC adalah yang terbaik dalam melakukan analisis dan perhitungan biaya satuan atau Unit Cost.

Permasalahannya adalah, metode ABC memerlukan data AKUNTANSI BIAYA di Rumah Sakit yang lengkap yang menggambarkan hubungan atau relasi antar aktivitas secara jelas dalam Akuntansi Biaya RS. Sayangnya data akuntansi biaya di sebagian besar rumah sakit (terutama di Indonesia) belum selengkap gambaran akuntansi biaya secara teoritis. Banyak data-data yang diperlukan dalam melakukan analisis biaya metode ABC yang tidak mampu disediakan oleh sistem akuntansi rumah sakit.

Kelemahan lain metode ABC adalah memerlukan peran Teknologi Informasi (IT) dan sistem komputerisasi yang kuat. Inipun masih menjadi kendala bagi sebagian besar rumah sakit terutama yang belum memiliki Sistem Informasi Rumah Sakit atau SIMRS yang standar. Selain itu, metode ABC memang lebih rumit karena sulitnya mencari hubungan (relasi) keterkaitan antar aktivitas.

Pada akhirnya, beberapa rumah sakit menggunakan metode campuran atau HYBRID. Metode Hybrid adalah metode campuran antara metode ABC dengan metode Double Distribution. Metode ini sebetulnya ditemukan belakangan karena kebuntuan melaksanakan metode ABC di rumah sakit disebabkan lemahnya sistam akuntansi biaya. Metode Hybrid hadir untuk memberi solusi atas permasalah kelemahan data akuntansi biaya di rumah sakit, sementara di sisi lain diyakini bahwa metode ABC merupakan metode terbaik dan paling modern saat ini.

Teknis implementasi metode Hybrid ini adalah : Penghitungan Direct Cost pada Unit Produksi menggunakan metode Activity Based Costing (ABC), namun saat menghitung alokasi Indirect Cost dari Unit Penunjang ke Unit

 Produksi menggunakan metode Double Distribution (DD). Untuk kondisi saat ini mungkin metode Hybrid lah yang menjadi solusi sambil secara perlahan memperbaiki sistem akuntansi biaya Rumah Sakit.

Metode Distribusi Ganda atau Double Distribution adalah suatu metode penghitungan unit cost rumah sakit yang berada pada unit penunjang medik dan unit pelayanan medik. Yang termasuk unit penunjang medik adalah Instalasi Laboratorium, Radiologi, Bedah Sentral (OK), Kamar Bersalin (VK), Rehabilitasi Medik, Hemodialisa dan lain-lain. Sedangkan unit pelayanan medik dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap.

Instalasi Rawat Jalan terdiri dari beberapa klinik yang disebut dengan Poliklinik, seperti Klinik Penyakit Dalam, Klinik Anak, Klinik Bedah, Klinik Obgyn dan lain-lain. Sedangkan Instalasi Rawat Inap terdiri dari beberapa ruangan seperti Ruang Rawat Penyakit Dalam, Ruang Rawat Anak, Ruang Rawat Bedah, Ruang Rawat Obgyn dan lain-lain.

Prinsip penghitungan Unit Cost metode distribusi ganda atau double distribution (DD) adalah memindahkan biaya yang timbul di unit-unit non penghasil (Non Revenue Centre) ke unit penghasil (Revenue Centre) secara bertahap sehingga biaya yang timbul di unit non revenue centre menjadi habis atau menjadi nol karena telah berpindah semuanya ke unit penghasil atau revenue centre. Pemindahan berlangsung 2 kali, yang pertama dari unit non penghasil ke sesama unit non penghasil dan ke unit penghasil. Lalu pemindahan kedua dari unit non penghasil ke unit penghasil.

Point-point penting dalam penghitungan unit cost dengan metode distribusi ganda atau double distribution (DD) adalah sebagai berikut :

  1. Unit organisasi di rumah sakit dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
  2. Pusat biaya Administrasi Umum (Overhead Cost Centre)
  3. Pusat biaya Penunjang Medik (Intermediate Cost Centre)
  4. Pusat biaya Pelayanan Medik (Final Cost Centre)
  5. Menggunakan metode alokasi distribusi ganda atau double distribution (DD).
  6. Menggunakan dasar alokasi luas lantai, jumlah SDM, porsi makan, Kg cucian, KWH listrik dan utilisasi.
  7. Tujuan akhir adalah memperoleh biaya satuan (unit cost) pusat biaya penunjang medik (intermediate centre) dan pusat biaya pelayanan medik (final centre).

Dalam metode ini, pada tahap pertama dilakukan distribusi biaya asli dari unit penunjang tertentu ke unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya, sebagian unit penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagian masih berada di unit penunjang. Artinya, ada biaya yang tertinggal di unit penunjang, yaitu biaya yang diterimanya dari unit penunjang lain. Biaya yang masih berada di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya atau tahap kedua akan didistribusikan ke unit produksi, sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Karena metode ini dilakukan dua kali distribusi biaya, maka metode ini dinamakan metode distribusi ganda atau double distribution.

Kelebihan metode ini adalah sudah dilakukan distribusi dari unit penunjang ke unit penunjang lain dan sudah terjadi hubungan timbal balik antara unit penunjang dengan unit penunjang lain secara fungsional. Metode ini merupakan metode yang terpilih untuk analisis biaya di rumah sakit maupun puskesmas di Indonesia.

Proses penghitungan Unit Cost metode Double Distribution (DD) ini menggunakan software aplikasi bantu yaitu Medicosta yang dibangun dan dikembangkan oleh dr. Tri Muhammad Hani, MARS. Tool ini dikembangkan dari simulasi file excel kemudian menjadi sebuah aplikasi atau software berbasis Visual Basic Net (VB. Net) 2010 dengan database Microsoft Acces 2010.

DOWNLOAD Undangan dan TOR Unit Cost Online Arsada Proqua Sept 2020

Workshop Penghitungan Unit Cost (UC) Dan Penyusunan Pola Tarif Rumah Sakit

Kolom bertanda * wajib diisi.

Detil

Mulai:
25 September 2020 @ 8:00 am
End:
26 September 2020 @ 12:00 am

Penyelenggara

ProQua Consulting
Telepon:
081329599189
Email
Situs Web:
proquaconsulting.com

Venue

Zoom
Butuh Bantuan? Chat Aja!